Kamis (11/08/16) Terik panas matahari tidak
mematahkan semangat juang siswa-siswi MI Murni Sunan Drajat Lamongan. Dengan
mengusung tema “Mengukir sejarah dengan Budaya” Culture Carnival MI Murni Sunan
Drajat menampilkan berbagai budaya dan atraksi yang memuaku membuat kagum para
penonton yang menyaksikan Culture Carnival ini. Beberapa penampilan diantaranya
tari boran (budaya Lamongan), kisah raja abrahah dan pasukan bergajah, Reog
ponorogo, Lamongan tempo doeloe, daur ulang dan barisan Bhinneka Tunggal Ika.
Barisan Bhinneka MI Murni Sunan Drajat |
Performance tari sego boran di depan pemkab |
Barisan Burung ababil |
Pasukan bergajah yang ditunggangi raja Abraham |
Tempoe doeloe ala MI Murni Sunan Drajat |
Barisan Bhinneka MI Murni Sunan Drajat |
Pelajaran dan Hikmah dari
Peristiwa Tentara Bergajah, Yang telah dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Fiil ayat 1- 5
أَلَمْ
تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (١) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ
فِي تَضْلِيلٍ (٢) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (٣) تَرْمِيهِمْ
بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (٤) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ
Apakah
kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara
bergajah? . Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan
Ka’bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang
berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang
terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
(QS. Al-Fiil: 1- 5)
- Menjelaskan tentang mulianya Ka’bah. Ia adalah rumah yang pertama kali dibangun untuk manusia. Kala itu, betapa kaum musyrik Arab mengagungkan dan mensucikannya. Mereka tidak mau menukarkan apa pun dengannya. Kemuliaan Ka’bah ini merupakan bagian dari warisan ajaran Nabi Ibrahim dan Ismail.
- Irinya orang-orang Nasrani dan kedengkian mereka terhadap kota Makkah dan orang-orang Arab yang mengagungkan rumah suci ini. Oleh karena itu, Abrahah berniat memalingkan mereka dari pengagungan terhadap Ka’bah dengan cara membangun tandingannya yang berupa gereja besar bernama Al-Qulais. Namun demikian, meskipun berbagai macam cara Abrahah mengancam dan menakut-nakuti orang-orang Arab, tapi mereka tetap berusaha mempertahankan Ka’bah. Bahkan sampai ada salah seorang dari mereka yang membuang kotorannya di dalam gereja tersebut. Ar-Razi berkomentar mengenai firman Allah yang berbunyi’. “Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia.” (Al-Fiil: 2). Ar-Razi berkata, “Ketahuilah bahwasanya yang dimaksud tipu daya Abrahah dan bala tentaranya adalah berbuat sesuatu yang membahayakan orang lain dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Seandainya ada yang mengatakan, ‘Apa itu (upaya penghancuran Ka’bah) merupakan bagian dari tipu daya, padahal mereka melakukannya secara terang-terangan?’ Maka kami menjawab, ‘Memang benar hal tersebut dilakukan secara terang-terangan, akan tetapi sebenarnya apa yang ada di hati mereka itu lebih jahat daripada apa yang tampak dilakukan oleh mereka, karena pada dasarnya Abrahah menyimpan kedengkian yang mendalam terhadap orang-orang Arab. Ia bermaksud memalingkan orang-orang Arab dari mengagungkan Ka’bah dan negerinya ke gereja yang ia bangun dan negerinya.”
- Pengorbanan demi tempat-tempat suci. Oleh karena itu, salah seorang raja Himyar berani melawan Abrahah dan tentaranya, meskipun akhirnya kalah dan ia ditahan. Kemudian An-Nufail bin Habib Al-Khats’ami bersama kawan-kawannya juga berusaha menghalau pasukan Abrahah yang dahsyat, akan tetapi mereka juga tak mampu mengalahkannya. Semua itu dilakukan dalam rangka membela kemuliaan Ka’bah. Sesungguhnya fitrah manusia menyatakan bahwa membela sesuatu yang dianggap suci dan berkorban karenanya adalah perbuatan yang sangat mulia.
- Orang-orang yang khianat pasti akan ditinggalkan (tidak mendapat pertolongan). Mereka adalah para pengkhianat yang bekerjasama dengan Abrahah dan bala tentaranya. Kemudian mereka menjadi mata-mata dan intel bagi pihak Abrahah. Mereka menunjukkan arah ke Baitullah Al-‘Atiq (Ka’bah) untuk dihancurkan. Karena itu mereka mendapatkan laknat, baik di dunia maupun di akhirat. Orang-orang dan Allah pun melaknat mereka. Kuburan Abu Righal menjadi simbol pengkhianatan mereka. Ia dikutuk dan dibenci oleh siapa pun. Mereka yang melintasi kuburan Abu Righal mencaci dan melemparinya dengan batu.
- Pertempuran antara Allah dan musuh-musuh-Nya. Hal ini terlihat dari perkataan Abdul Muthalib, pemimpin Makkah, “Kami akan membiarkan urusan Abrahah dengan Ka’bah, kami pasrahkan semua itu kepada Allah. Sungguh kami tidak memiliki daya apa pun atas Baitullah.” Perkataan ini merupakan pengakuan mendalam atas hakikat peperangan yang terjadi antara Allah dan musuh-musuh-nya. Sebesar apa pun kekuatan musuh namun sedikit pun tak akan mampu melawan kekuasaan Allah, kekuatan-Nya, dan kemurkaan-Nya. Dialah Allah yang memberikan kehidupan dan Dia pula yang akan merenggutnya kembali, kapan pun.
Al-Qasimi
berkata, “Al-Qasyani berkata, ‘Kisah tentara bergajah sangat masyhur dan sangat
dekat dengan masa Nabi Muhammad. Semua ini merupakan tanda kekuasaan Allah dan
wujud kemurkaan-Nya terhadap orang yang berani menerjang larangan Allah.”
- Pengagungan manusia terhadap ‘Rumah dan Penghuninya’. Masyarakat Arab sangat mengagungkan Ka,bah. Mereka selalu menjaga dan melindunginya dari serangan orang-orang yang ingin menghancurkannya dan dari upaya orang-orang yang ingin berbuat makar terhadap Ka’bah. Masyarakat Arab juga sangat menghormati suku Quraisy. Mereka berkata, “Suku Quraisy adalah suku yang paling dekat dengan Allah (Ahlullah). Allah akan menolong suku Quraisy dari musuh-musuhnya dan Allah akan membinasakan siapa pun yang memusuhinya.” Semua itu merupakan alamat dan pertanda jika Allah akan mengutus seorang Nabi dari bangsa Arab Makkah. Dialah yang nantinya akan membebaskan Ka’bah dari berhala-berhala dan akan mengembalikan kemuliaan dan kejayaan Ka’bah.
sumber: https://sepdhani.wordpress.com/2014/10/10/kisah-tentang-pasukan-bergajah-yang-mau-menyerang-kabah-fikh-dan-studi-analisa-komprehensif/